Publik Jabodetabek

Loading

Kasus memilukan terjadi di Jakarta Selatan, seorang oknum guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) berinisial B (45) ditangkap oleh pihak kepolisian karena diduga kuat terlibat pencabulan terhadap siswinya. Penangkapan tersebut dilakukan oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan pada Jumat pagi, 9 Mei 2025, setelah adanya laporan dari pihak keluarga korban.

Kepala Unit PPA Polres Metro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Polisi Rita Soraya, menjelaskan bahwa pihaknya menerima laporan pada Kamis malam terkait dugaan tindakan terlibat pencabulan yang dilakukan oleh oknum guru tersebut terhadap seorang siswi kelas VIII. “Setelah melakukan penyelidikan awal dan mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kami segera melakukan penangkapan terhadap pelaku di kediamannya,” ujar AKP Rita di kantornya.

Menurut keterangan korban dan saksi-saksi, tindakan terlibat pencabulan ini diduga telah terjadi beberapa kali di lingkungan sekolah maupun di luar jam pelajaran. Modus pelaku adalah dengan memanfaatkan kedekatan dengan korban sebagai seorang guru untuk melakukan aksi bejatnya. Pihak sekolah sendiri mengaku terkejut dan sangat menyesalkan kejadian ini, serta berjanji akan memberikan dukungan penuh kepada korban dan keluarganya.

AKP Rita menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan pemeriksaan intensif terhadap pelaku untuk mengetahui motif dan kemungkinan adanya korban lain. Barang bukti berupa catatan komunikasi antara pelaku dan korban serta pakaian korban saat kejadian juga telah diamankan. Oknum guru yang terlibat pencabulan ini akan dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Pihak kepolisian juga mengimbau kepada seluruh sekolah dan orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak, serta memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga diri dan berani melaporkan jika mengalami atau melihat tindakan kekerasan. Kasus oknum guru yang terlibat pencabulan ini menjadi pelajaran pahit dan diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat sistem perlindungan anak di lingkungan pendidikan. Dukungan psikologis juga akan diberikan kepada korban untuk membantu pemulihan traumanya.

Kasus ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kepala Dinas Pendidikan, Bapak Supriyadi, menyatakan keprihatinannya dan menegaskan tidak akan mentolerir segala bentuk kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan keamanan di sekolah-sekolah untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan segera melaporkan jika mengetahui adanya indikasi tindak pidana di lingkungan sekitar.

Pramono Ungkap Jurus Redam Maraknya Tawuran di Jakarta

Maraknya aksi tawuran antar kelompok remaja di Jakarta menjadi perhatian serius. Berbagai upaya telah dilakukan, namun aksi kekerasan ini seolah tak kunjung reda. Baru-baru ini, Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, mengungkapkan beberapa jurus yang dianggap efektif untuk meredam permasalahan kompleks ini.

Menurut Pramono, pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai pihak menjadi kunci utama. Bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga peran aktif keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan. Pendidikan karakter sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolah menjadi fondasi penting untuk membentuk generasi muda yang memiliki nilai-nilai positif dan toleransi.

Selain itu, pemberdayaan komunitas lokal dianggap efektif untuk membangun lingkungan yang kondusif bagi remaja. Kegiatan positif seperti olahraga, seni, dan budaya dapat menjadi wadah bagi mereka untuk menyalurkan energi dan kreativitas, sekaligus menjauhkan mereka dari pengaruh negatif.

Pramono juga menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas dan adil. Pelaku tawuran harus diproses sesuai hukum yang berlaku agar menimbulkan efek jera. Namun, penegakan hukum saja tidak cukup. Perlu ada upaya rehabilitasi dan reintegrasi bagi remaja yang terlibat tawuran, agar mereka dapat kembali ke masyarakat sebagai individu yang produktif.  

Penggunaan teknologi juga menjadi salah satu jurus yang diungkapkan. Pemanfaatan CCTV dan media sosial dapat membantu memantau dan mencegah aksi tawuran. Selain itu, kampanye edukasi melalui media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan membangun kesadaran akan bahaya tawuran.

Namun, yang terpenting adalah sinergi dan koordinasi antar berbagai pihak. Pemerintah, aparat penegak hukum, keluarga, sekolah, komunitas, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi remaja. Hanya dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, aksi tawuran di Jakarta dapat diredam secara efektif.

Selain jurus-jurus di atas, Pramono juga menyoroti pentingnya peran aktif orang tua dalam mengawasi pergaulan anak dan memberikan pendidikan agama serta budi pekerti yang kuat. Kerja sama dengan tokoh masyarakat dan agama juga dinilai efektif dalam memberikan nasihat dan bimbingan moral kepada para remaja. Sinergi yang kuat dari seluruh elemen masyarakat diharapkan mampu menciptakan perubahan perilaku yang signifikan dan menghentikan siklus kekerasan tawuran di ibu kota.