Harga Pertamax di Jabodetabek Melonjak, Beban Ekonomi Warga Kian Berat!
Kabar kurang sedap kembali menghantam kantong masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dilaporkan mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp700 per liter, menambah beban ekonomi warga yang sudah merasakan dampak dari berbagai kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.
Lonjakan harga Pertamax ini mulai berlaku sejak Selasa, 22 April 2025, pukul 00.00 WIB. Kenaikan ini tentu saja memicu reaksi beragam dari masyarakat, terutama para pengguna kendaraan pribadi yang menjadikan Pertamax sebagai pilihan bahan bakar utama untuk menjaga performa mesin kendaraan mereka.
Kenaikan harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik dalam beberapa pekan terakhir, ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus angka Rp16.500, diduga kuat menjadi faktor utama di balik kenaikan harga Pertamax kali ini. Dampaknya diperkirakan akan meluas, tidak hanya pada pengeluaran transportasi pribadi, tetapi juga berpotensi memicu kenaikan biaya operasional berbagai sektor usaha yang menggunakan BBM sebagai salah satu komponen utama dalam distribusi dan produksi.
Para pengemudi ojek dan taksi online, serta pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang sangat bergantung pada mobilitas untuk menjalankan bisnis mereka, menjadi salah satu kelompok yang paling merasakan dampak kenaikan harga Pertamax ini. Mereka terpaksa mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat berimbas pada penyesuaian tarif layanan kepada konsumen atau kenaikan harga jual produk untuk menutupi biaya tambahan.
Meskipun PT Pertamina (Persero) telah mengeluarkan pengumuman resmi mengenai penyesuaian harga ini melalui situs web dan media sosialnya, detail mengenai perhitungan dan proyeksi harga ke depan masih menjadi pertanyaan bagi masyarakat. Masyarakat berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah strategis dan cepat untuk menstabilkan harga energi dan meringankan beban ekonomi, terutama bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Alternatif seperti pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran atau peninjauan kembali formula penetapan harga BBM mungkin perlu dipertimbangkan secara serius.
Kenaikan harga Pertamax di Jabodetabek ini menjadi pengingat yang nyata akan volatilitas harga energi global dan betapa rentannya perekonomian domestik terhadap fluktuasi tersebut. Masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam penggunaan bahan bakar,